JIKA KAMU BERBUAT BAIK (BERARTI) KAMU BERBUAT BAIK BAGI DIRIMU SENDIRI, DAN JIKA KAMU BERBUAT JAHAT MAKA (KEJAHATAN) ITU BAGI DIRIMU SENDIRI (QS. AL ISRA' AYAT 7)

Sabtu, 19 September 2009

ADA APA SETELAH RAMADHAN ?

Ramadhan sebentar lagi pergi meninggalkan kita..Bulan yang penuh dengan berbagai macam kebaikan..Semoga Allah menerima amal kebaikan kita dan menjadikan kita istiqamah sampai berjumpa denganNya, amien..Entah, kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan atau tidak?..Wallahu A’lam.
Namun, walaupun Ramadhan telah pergi akan tetapi amal seorang mukmin tidak terputus begitu saja sehingga datang padanya kematian. Allah Ta'ala berfirman: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr: 99).
Apabila puasa Ramadhan telah meninggalkan kita maka ibadah puasa yang lain tetap disyari’atkan sepanjang tahun: Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhu meriwayatkan, bahwsanya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: Barang siapa puasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan (puasa) enam hari pada bulan Syawal, maka hal itu laksana puasa setahun. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu berkata: Kekasihku Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam mewasiatkan kepadaku dengan tiga perkara: Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dua raka’at dan supaya aku shalat witir sebelum tidur. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Qatadah Radhiallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam pernah ditanya tentang puasa Arafah, lalu beliau Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam menjawab: Menghapus dosa tahun lalu dan tahun mendatang. (HR. Muslim).
Dari Abu Qatadah Radhiallahu Anhu , bahwasanya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam ditanya tentang puasa pada hari Asyura, lalu beliau Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam menjawab: Menghapus dosa tahun lalu. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu , dari Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: Amalan-amalan dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka apabila dihadapkan amalanku ketika aku sedang puasa. (HR. At-Tirmidzi dengan sanad shahih), dll.
Apabila Qiyam Ramadhan (Tarawih) telah meninggalkan kita maka ibadah Qiyamullail (shalat malam) tetap disyari’atkan setiap malam.
Dari Aisyah radhiallahu anha berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam shalat malam sampai bengkak kakinya. Lalu akupun bertanya kepada beliau: Mengapa engkau lakukan ini -wahai Rasulullah- padahal telah diampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang Beliau menjawab: Apakah tidak sepatutnya aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur! (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu , bahwasanya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: Shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa Ala Alihi Wa Sallam bersabda: Rabb kita tabaraka wa ta’ala- turun setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Dia (Allah) berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan doanya! Siapa yang meminta kepadaKu, Aku beri permintaannya! Siapa yang memohon ampunan kepadaKu, pasti Aku ampuni dia! (HR. Bukhari dan Muslim).
Masih banyak amal-amal kebaikan lainnya yang bisa kita kerjakan sepanjang tahun. Allah yang kita sembah pada bulan Ramadhan adalah juga Allah yang kita sembah pada bulan Syawal dan bulan-bulan lainnya.
Hendaklah kita kembali bersemangat untuk mengerjakan ketaatan-ketaatan dan menjauhi dosa-dosa dan keburukan-keburukan agar kita mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita dan menjadikan kita semua istiqamah sampai berjumpa dengan-Nya, amien.

Meraih Takwa Dengan Puasa

Diantara tujuan puasa adalah agar seseorang mencapai tingkatan takwa sebagaimana firman Allah Ta'aala: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183). Orang yang bertakwa adalah orang yang mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.
Orang yang berpuasa diperintahkan unruk mengerjakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan sebagaimana sabda Nabi –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya serta kebodohan, Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)." (HR. Bukhari).
Orang yang berpuasa apabila terlintas dalam dirinya keinginan untuk berbuat kemaksiatan, ia segera tersadar bahwa ia sedang berpuasa, lalu ia-pun segera menghindari kemaksiatan tersebut.
Orang yang sedang berpuasa tidak akan membalas kebodohan dengan kebodohan dan caci maki dengan caci maki, ia sadar bahwa orang yang berpuasa harus sanggup menguasai diri dan emosinya.
Pada akhirnya apabila seseorang berpuasa sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah –Shallallaahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam, pasti ia menjadi orang yang bertakwa dan mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.

Dengan Puasa Hati Jernih Untuk Berpikir dan Berdzikir

Diantara hikmah puasa adalah agar supaya hati kita jernih untuk berpikir dan berdzikir karena banyak makan minum serta memuaskan syahwat menyebabkan kelalaian dan adakalanya hati menjadi keras dan buta dari kebenaran. Karenanya, Rasulullah -Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam bersabda: "Tidaklah seseorang anak adam itu memenuhi suatu bejana yang lebih jelek dari pada perut. Cukuplah bagi seseorang makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa harus menambahnya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafasnya." (HR. Imam Ahmad dll).
Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Karena nafsu ini pula Adam -Alaihis Salam dikeluarkan dari surga. Dari nafsu perut pula muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda, dan akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut.
Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan akan mengakibatkan kebalikannya.
Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani –Rahumahullah: "Sesungguhnya jiwa apabila lapar dan haus menjadi jernih dan lembut hatinya dan apabila kenyang menjadi buta hatinya."