Habis sudah hajat nasional untuk melaksanakan Pemilu, kini hajat bangsa ini adalah mengadakan hajat baru kembali untuk dunia penddidikan yaitu ujian nasional untuk tingkat SMA dan SMK. Ujian Nasional ini adalah bertujuan untuk mengukur dan menaikkan kemampuan rata-rata pelajar kedua sekolah tersebut. Entah berapa biaya yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk hal ini.
Yang menjadi persoalan adalah mampukan biaya yang sangat besar ini dapat mengangkat peringkat bangsa ini dalam mutu pendidikannya? Sangat terlalu banyak persoalan yang berada di dunia pendidikan. Luas daerah dan penyebaran manusia yang tidak merata serta segudang PR yang membebani dunia pendidikan yang belum terselesaikan.
Pemerintah Indonesia di masa reformasi ini mudah-mudahan perhatian pemerintah terhadap pendidikan pun mengalami reformasi pula. sehingga pendidikan tidak mendapatkan perhatian sebelah mata saja, atau pendidikan tidak jadi objek main mata. Pendidikan dan kesehatan masyarakat harus mendapatkan perhatian yang utama agar masa depan bangsa ini dapat menjadi lebih baik.
Jumat, 17 April 2009
Kartini kartini Kini
Pagi ini, sangat miris melihat berita telivisi. Banyak laporan dari berbagai penjuru Indonesia, kaum Kartini yang mencoba, dan mengakhiri hidupnya akibat berbagai kesulitan kehidupan. Jika saja Kartini, ya... ibu Kartini. Yang menjadi kebanggaan dari bangsa ini melihat Kartini-Kartini sekarang apakah sebangga bangsa ini yang membanggakan dirinya, ataukah dia akan menangis, merintih melihat apa yang telah dilakukannya tidak mendapatkan pengakuaan dari mereka yang telah mengakhiri kehidupannya.
Wahai ibu kita Kartini, ......
Wahai ibu kita Kartini .......
dan
Wahai, Kartini Kartini kini.....
Wahai ibu kita Kartini, ......
Wahai ibu kita Kartini .......
dan
Wahai, Kartini Kartini kini.....
Rabu, 15 April 2009
Sisa Sisi Lain Pemilu
Hingar bingar Pesta Pemilu berakhirlah sudah, yang tersisa kini hanyalah kekecewaan, amarah ketika tidak terpilih, pesta kemenangan bagi yang mendapatkan kemenangan. Kekecewaan dan amarah menjadi satu untuk mereka yang tidak terpilih adalah sangat wajar karena harapan dan kenyataan yang menjauh, sementara untuk mendaftar dan membiayai kegiatan kampanye sangat besar. Mungkin dana yang dipergunakan sampai menjual barang yang dimulikinya, bukan mustahil juga mereka terlibat hutang kampanye. Untuk melampiaskan kemarahan dan kekecewaan mereka bisa teriak sekencang-kencang di tengah laut, atau bisa juga di puncak gunung. Atau hal-hal lain untuk melepaskan nyeri di dada. Kalau beban yang ada di dada tak dikurangi bukan mustahil beban yang ada di dada tersebut akan meledak sehingga tak mampu lagi ditahan, ini menjadikan stress, gila dan mungkin juga jalan pintas yang dilakukan untuk mengakhiri kekecewaan dan kemarahan tersebut. Sementara yang mendapatkan kepercayaan tampil menjadi anggota dewan terhormat untuk sesaat dapat bergembira, karena kepercayaan adalah amanah. Sedangkan amanah adalah sebuah pertanggungjawaban, beban yang sangat besar yang ada dipundak. Dunia dan akhirat nanti menunggu pertanggungjawaban.
Yang menjadi perhatian dari sisa kampanye adalah betapa miskinnya partai dan caleg yang mengikuti kampanye? Hal ini dapat dilihat dari laporan dana kampanye partai dan caleg yang dilansir oleh panitia pemilu, semuanya seperti miskin. Tetapi ketika kampanye berlangsung betapa gebyar seakan-akan kekayaan partai tak akan habis dipakai pesta selama lima tahun penuh.
Ini salah siapa?
Ini dosa siapa?
Ini siapa yang harus menjawabnya?
Yang menjadi perhatian dari sisa kampanye adalah betapa miskinnya partai dan caleg yang mengikuti kampanye? Hal ini dapat dilihat dari laporan dana kampanye partai dan caleg yang dilansir oleh panitia pemilu, semuanya seperti miskin. Tetapi ketika kampanye berlangsung betapa gebyar seakan-akan kekayaan partai tak akan habis dipakai pesta selama lima tahun penuh.
Ini salah siapa?
Ini dosa siapa?
Ini siapa yang harus menjawabnya?
Jumat, 10 April 2009
Catatan, 10 April 2009
(mengenang Alvin)
Tiga jum’at kau berbaring
pulas bermahkotakan
kamboja tak berjawab
Ketika cintaku mulai menggila
akupun bertanya
masih teruskah cintaku,
Ketulusan cintamu
adalah luka kecil yang indah
Mengejar Sebuah Mimpi


Sehari setelah diadakan pemungutan suara di TPS, mulailah jatuh korban Pemilu. Caleg berasal dari daerah pemilihan Bali menghembuskan nafas terakhirnya atas nama Putu Lili Hayati dari Partai Hanura, setelah mendapati kenyataan bahwa suara yang mendukungnya hanya 12 suara di TPS terdekat. Sementara di Cirebon caleg lainnya atas nama Iwan Setiawan dari partai Patriot menjadi stress dan dibawa keluarganya ke pengobatan alternatif di Cirebon begitu mengetahui dirinya tidak mendapat dukung sebagai mana harapannya. Bahkan di Solo ada caleg yang membooking satu kamar di Rumah Sakit Jiwa sebelum penghitungan suara dimulai.
Rumah terjual, sawah terjual, mobil tergadai, hutang di bank menumpuk untuk mengejar sebuah mimpi menjadi anggota dewan terhormat, ini adalah sebuah tebusan yang amat mahal dan berada di angan-angan. Setelah tersadar bahwa tidak menjadi anggota dewan terhormat tersebut, haruskah diakhiri dengan masuk rumah sakit jiwa (bagi yang mampu lhooo), menjadi gila sepanjang jalan (menambah orang-orang gila yang berkeliaran), ataukah berakhir dengan kematian karena stress.
Entah apa yang akan terjadi pada caleg-caleg yang lainnya pada hari-hari berikutnya? Hanya Tuhan-lah yang Maha Mengetahui. Aku hanya berharap kita dapat berbuat yang terbaik yang kita miliki untuk sebuah kehidupan bangsa ini.
Rumah terjual, sawah terjual, mobil tergadai, hutang di bank menumpuk untuk mengejar sebuah mimpi menjadi anggota dewan terhormat, ini adalah sebuah tebusan yang amat mahal dan berada di angan-angan. Setelah tersadar bahwa tidak menjadi anggota dewan terhormat tersebut, haruskah diakhiri dengan masuk rumah sakit jiwa (bagi yang mampu lhooo), menjadi gila sepanjang jalan (menambah orang-orang gila yang berkeliaran), ataukah berakhir dengan kematian karena stress.
Entah apa yang akan terjadi pada caleg-caleg yang lainnya pada hari-hari berikutnya? Hanya Tuhan-lah yang Maha Mengetahui. Aku hanya berharap kita dapat berbuat yang terbaik yang kita miliki untuk sebuah kehidupan bangsa ini.
Rabu, 08 April 2009
Pemilu, Oh Aku Pilu

Ada perasaan pilu ketika tidak diberikan hak untuk menentukan nasib bangsa ini dalam Pemilihan Umum Legeslatif. Ini adalah warna lain dari coreng moreng dari seputaran Pemilu 9April 2009. Sungguh sangat menyakitkan tentang keberadaan diri ini yang tidak diakui oleh Negara.
Ataukah ini menunjukkan betapa bobroknya Negara dalam membuat data kependudukan. Seharusnya dalam hal yang demikian besar seperti Pemilu ini tidak terjadi lagi data yang tidak mutahir. Sungguh kesalahan yang sangat besar ketika seorang warga Negara tidak diberikan hak untuk menentukan siapa yang mewakilinya dalam lembaga legeslatif.
Sangat berbeda ketika seorang tidak mau menggunakan haknya untuk menentukan siapa yang mewakili dirinya dalam legeslatif. Mereka dengan secara sadar tidak mau menggunakan haknya dengan berbagai alasan. Alasan yang mereka sendirilah tahu.
Tidak ikut dalam kegiatan Pemilu karena “Kematian Data” harus segera dihentikan, karena bukan hanya menunjukkan betapa bobroknya Pemerintahan Kita, apa saja kerjaan aparat pemerintahan ini, untuk membuat data kependudukan saja sudah tidak becus. Bukankah setiap Kelurahan dan desa telah diberikan komputer untuk membuat, mengabdet data penduduk setiap saat. Yang sangat ditakuti adalah melegalisasi kematian data untuk warga negera tersebut.
Ataukah ini menunjukkan betapa bobroknya Negara dalam membuat data kependudukan. Seharusnya dalam hal yang demikian besar seperti Pemilu ini tidak terjadi lagi data yang tidak mutahir. Sungguh kesalahan yang sangat besar ketika seorang warga Negara tidak diberikan hak untuk menentukan siapa yang mewakilinya dalam lembaga legeslatif.
Sangat berbeda ketika seorang tidak mau menggunakan haknya untuk menentukan siapa yang mewakili dirinya dalam legeslatif. Mereka dengan secara sadar tidak mau menggunakan haknya dengan berbagai alasan. Alasan yang mereka sendirilah tahu.
Tidak ikut dalam kegiatan Pemilu karena “Kematian Data” harus segera dihentikan, karena bukan hanya menunjukkan betapa bobroknya Pemerintahan Kita, apa saja kerjaan aparat pemerintahan ini, untuk membuat data kependudukan saja sudah tidak becus. Bukankah setiap Kelurahan dan desa telah diberikan komputer untuk membuat, mengabdet data penduduk setiap saat. Yang sangat ditakuti adalah melegalisasi kematian data untuk warga negera tersebut.
PEMILU, 9 APRIL 2009

Rumah sakit jiwa dari berbagai daerah telah menyatakan siap untuk menerima para caleg yang gagal untuk dirawat di rumah sakit tersebut. Bahkan beberapa caleg telah memesan kamar untuk perawatan bagi dirinya bila selesai perhitungan suara untuk menghindarkan diri dari berbagai kemungkinan yang terjadi.
Ketika selesai perhitungan dan diumumkan, mereka yang dapat menduduki kantor DPR dapatkah mereka untuk tidak berhitung berapa jumlah uang telah mereka keluarkan untuk dapat duduk di Kantor DPR. Jangan-jangan setelah berhitung berapa jumlah uang kampanye yang mereka keluarkan, kemudian berfikir untuk bagaimana caranya mengembalikan uang kampanye yang telah mereka keluarkan dalam lima tahun mengemban menjadi Anggota DPR dan mempersiapkan diri untuk kampanye berikutnya serta bagaimana untuk mendapatkan keuntungan dari dana yang telah dikeluarkan tersebut.
Kalau sudah demikian, apa yang dapat mereka kerjakan untuk kepentingan rakyat yang telah memilih mereka? Entah apa pula kerjaan mreka di Kantor yang mengatasnamakan Rakyat tersebut?
Kembali kepada rakyat. Kalau anggota Dewan tersebut hanya sibuk mementingkan dirinya, masih maukah untuk memilih anggota dewan kembali!
Langganan:
Postingan (Atom)