JIKA KAMU BERBUAT BAIK (BERARTI) KAMU BERBUAT BAIK BAGI DIRIMU SENDIRI, DAN JIKA KAMU BERBUAT JAHAT MAKA (KEJAHATAN) ITU BAGI DIRIMU SENDIRI (QS. AL ISRA' AYAT 7)

Selasa, 24 November 2009

Pada Wan Anwar

Pagi ini, aku menerima sms dari rekan di Banten: Inna lillahi wainana ilaihi roji'un. Telah berpulang ke rahmatullah penyair berbakat Wan Anwar, S.Pd, M.Hum.
Belumlah selesai aku membalas sms rekan tersebut, air mata mengalir dengan derasnya. Bukan aku sempat mendapat bimbingan seorang penyair yang hebat ketika menjadi mahasiswa di Universitas Tirtayasa Banten, atau bukan aku memiliki buku karya sang penyair yang demikian rendah hati mau memberikan tanda tangannya di buku yang sempat aku beli, atau bukan karena aku selalu diajaknya untuk menulis/berkarya dan berkarya di Banten Selatan. Dimana pada saat itu aku menjadi seorang guru di SMA Negeri 1 Bayah.
Ada sesuatu yang mengikat sangat erat antara aku dengan sang Penyair, tapi aku tak dapat mengungkapkan dengan jelas. Aku kehilangan amat sangat, sama seperti waktu Penyair WS Rendra menghadap-Nya, sama juga ketika aku mendengar Hamid Jabbar terhempas di Podiumnya. Aku tak bisa apa-apa, hanya sepotong do'a yang dapat aku perbuat untuk menghantarkan sang Penyair menghadap Sang Pemilik.

TIGA PUISI WAN ANWAR


BEJALAN KE UTARA


berjalanlah lurus ke utara, di melintasi rimbun asam
dan masa silam, kau akan tahu darat dan laut
seperti bibir sepasang kekasih saling memagut
seperti maut yang tiap waktu terus beringsut

pulau-pulau kecil, tempat burung-burung hijrah
dari musim ke musim, gemetar di kejauhan
sisa bakau merunduk muram, kawanan ikan mengenangkan pertemuan
seperti penduduk yang dihantam gelombang daratan

berlayarlah dengan perahu kayu, menyisiri utara
mengendus panu para nelayan, kau akan bertemu kenyataan
sisa ikan busuk, ceceran solar, muatan kayu dari seberang
daki dan kapal inspeksi yang asing berputar-putar sendirian

berjalanlah terus ke utara, menyapa sunyi yang beranak di tambak
membayangkan pelabuhan kenangan masa silam

2005
***

PERTANYAAN DI STASIUN KERETA


jika timur itu hari depan, mengapa laju kereta kembali ke masa silam
bahwa stasiun ini peninggalan residen, tentu saja kami tahu
juga deret pohon asam, irigasi, dan gedung-gedung pemerintahan

begitulah, bukankah tuan-tuan hanya sanggup membangun mall
jurang antara cahaya lampu kristal dan temaram perkampungan
kami hamba tuan-tuan, sudah lama bosan dalam penantian

tuan-tuan mengobral janji, mengganggu tidur dan mimpi kami
maka kini izinkan kami bertanya, peti-peti yang siang malam diangkut kereta
milik siapa? kemilau lampu di jalan raya untuk siapa!

kami tahu tuan-tuan tak akan menjawab, karena tuan-tuan
sedang meluncur ke masa silam, jadi izinkan kami mendakwa
kami tak tahan lagi mendengar dan menyaksikan mulut tuan-tuan
berbusa, nganga, dan amat hina

2005
***


KASIDAH BANTEN


aku datang
tetapi dari mana aku datang
aku pergi
tetapi kemana aku pergi

kau sambut aku dengan kasidah
tempat berdiam segala kisah
kupersembahkan padamu denting kecapi
tempat sunyi menggali diri

dua tanda dua nama
bertemu dalam nestapa

karena aku telah datang
kauterima cinta di ujung pedang
karena kau telah menjemputku
terima hatimu semurni maut

dua tanda dua nama
bertemu dalam nestapa

jika kau dan aku adalah rumah
rumah siapakah kita
jika kau dan aku jadi penghuni
siapakah yang akan kita hadapi


2005

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat jalan Penyair...

Sepenuhnya mengatakan...

Terasa usia melangkah begitu cepat, Wan Anwar pergi meninggalkan puisi-puisi yang luar biasa, yang akan selalu dikenang :)