JIKA KAMU BERBUAT BAIK (BERARTI) KAMU BERBUAT BAIK BAGI DIRIMU SENDIRI, DAN JIKA KAMU BERBUAT JAHAT MAKA (KEJAHATAN) ITU BAGI DIRIMU SENDIRI (QS. AL ISRA' AYAT 7)

Selasa, 07 Juli 2009

SEKOLAH STANDAR NASIONAL KEKURANGAN SISWA

Ini adalah sebuah tragedi, ketika Pemerintah menetapkan sebuah sekolah menjadi sekolah rintisan standar nasional ditinggalkan masyarakat. Bukankah SSN menjadi impian setiap (calon siswa)/siswa untuk duduk dan menimba ilmu di sekolah tersebut. Sekolah Standar Nasional adalah sebuah impian bagi siswa karena sekolah tersebut telah memenuhi kriteria yang cukup bahkan sangat sulit untuk didapat dari sekolah-sekolah di negeri ini. Sekolah standar nasional telah memiliki perangkat/sarana pembelajaran yang telah memadai.
Ketika musim pendaftaran siswa baru, maka sekolah-sekolah favorit tentunya termasuk sekolah sekolah yang telah mendapatkan predikat SNN akan diserbu oleh calon siswa. Ketika penutupan pendaftaran maka akan terlihat banyak siswa-siswa yang harus ditolak, tentunya disebabkan oleh kapasitas yang tersedia (bangku) di sekolah tersebut terbatas. Siswa-siswa (calon) yang ditolak tersebut akan mencari sekolah-sekolah lain di bawah sekolah tersebut untuk dimasukinya.
Apa yang akan dikatakan dunia ketika sekolah favorit tersebut (termasuk sekolah standar nasional) tersebut pada waktu penutupan masa pendaftaran siswa baru ternyata siswanya masih di bawah kapasitas yang diinginkan sekolah tersebut. Sekolah tersebut terpaksa memperpanjang masa pendaftaran, hanya untuk memenuhi target siswa masuk sekolah tersebut. Ada pertanyaan besar terhadap sekolah tersebut? Ada apa? Mengapa siswa sampai tak berburu ke sekolah tersebut?
Adakah yang salah di sekolah tersebut? Sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk mendapatkan jawabannya. Kalau saja kita tak jujur melihat hal tersebut. Siapa yang harus dipersalahkan gurunyakah; kepala sekolah atau pemerintah yang terlalu gegabah meningkatkan predikat sekolah tersebut.
Guru-guru di sekolah tersebut yang tak menerima peningkatan predikat sekolahnya (menganggap kenaikan predikat menjadi beban). Sehingga membuat guru-guru menjadi stres? Atau tidak siap untuk memacu dirinya mengikuti tuntutan dari kenaikan predikat tersebut. Atau ada rasa apatis yang sangat dalam terhadap keadaan sekolah tersebut.
Ataukah karena kepala sekolah, yang terlalu cepat berlari sehingga guru-gurunya tertinggal jauh. Ketertinggalan inilah yang menyebabkan guru-guru merasa stres. Ataukah ada yang lainnya?
Mungkin juga, pemerintah terlalu tergesa-gesa memaksakan sebuah sekolah mendapatkan predikat standar nasional. Suatu sekolah sesungguhnya belum siap untuk menjadi SSN, karena sarana yang harus disiapkan menajdi beban bagi guru, kepala sekolah dan seluruh personil yang ada di sekolah tersebut.
Atau mungkin juga, karena kita terlalu menikmati keadaan selama ini yang tidak memiliki tantangan atau beban yang harus diterima.
Mari kita jawab sebuah pertanyaan sederhana ini: Mengapa Sekolah Standar Nasional masih kekurangan siswa?

Tidak ada komentar: