Adalah sesuatu yang wajar apabila seseorang meraih kedudukan yang lebih tinggi dari pada kedudukannya sebelumnya. Sebagai contoh, seseorang yang pada saat ini menduduki jabatan wakil kepala sekolah adalah wajar bila yang bersangkutan mempunyai impian atau berkeinginan menjadi sebagai kepala sekolah. Si wakil kepala sekolah merasa tidak dapat berbuat banyak dalam hal menentukan suatu kebijakan meningkatkan kualitas sekolah kalau hanya dalam kapasitas sebagai wakil. Keinginan wakil kepala sekolah tadi jika dilihat dari sisi niatn ya mungkin dapat dibenarkan. Lama waktu dan tatacara yang diperlukan untuk mewujudkan impian bermacam-macam, ada jalur biasa, ada jalur khusus dan ada pula jalur kilat. Ada yang menunggu giliran dengan sabar dan ada juga yang menggunakan jalur pintas. Yah, harap maklum, namanya juga usaha.Barangkali kita pernah melihat seseorang tidak lagi memperdulikan etika dalam menghapus atribut wakil tadi, masalah lain-lain urusan belakang. Prinsip egp (emangnya gue pikirin……?) menjadi suatu hal yang lumrah dan seakan-akan dapat dibenarkan. Berbagai argumen pun disiapkan sebagai pembenaran terhadap keinginannya itu.Berkaitan dengan hal tersebut, aku sempat bingung dengan apa yang terjadi saat ini dengan bangsa kita. Itu lho, Pemilu 2009. Menurut pemahaman di atas, adalah sangat wajar apabila seorang wakil rakyat punya keinginan menjadi rakyat. Tapi aneh bin ajaib, yang terjadi pada saat ini justru kebalikannya. Orang-orang pada berlomba-lomba menjadi wakil rakyat. Kalau tidak percaya, lihat saja daftar calon sementara anggota DPR / DPRD di koran . Berbaris-baris persis kaya’ pengumuman seleksi penerimaan CPNS.Untuk menjadi seorang wakil rakyat mereka tempuh dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan cara simpati dan prosedural sesuai ketentuan masing-masing partai, namun tidak sedikit pula yang berani nyerempet-nyerempet jeruji penjara. Hah, masa’ seh? La, iya lah, dengar-dengar ada tuh calon yang memakai ijazah palsu atau menggunakan ijazah paket C yang belum berada di tangan. Hihihi……. lucu ya ? Tapi kita wajib bersyukur, yang bagian seleksi kelengkapan berkas calon di KPUD matanya masih bagus alias belum pada rabun. Kalau saja sempat lolos, huh, sangat menjijikan.Belum lagi nantinya pada saat kampanye. Yang semula memble berubah menjadi orang yang murah senyum, yang sebelumnya tertutup berubah menjadi orang yang terbuka, yang sebelumnya pelit berubah menjadi dermawan. Singkat cerita, seperti halnya orang main sulap, bim salabim, tiba-tiba saja yang semula negatif tiba-tiba menjadi positif. Pasti ada yang bertanya ”Lha itu kan hal yang baik, kenapa dipersoalkan?” Iya seh, tapi ini neh soalnya, biasanya orang-orang seperti itu kembali ketabiat awal begitu pemilu selesai. Namanya juga belang, lain soal kalau sekedar selang, gosok-gosok sedikit pakai rinso dijamin bersih kembali. Tapi kalau sudah belang, alamaaaaak........!!!Kakek aku pernah bilang, dari pada kita dititip amanat lebih baik dititip duit. Kalau amanat itu harus disampaikan dan diperjuangkan, apalagi amanat yang menyangkut kepentingan orang banyak. Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Empat hal yang barangsiapa keempatnya ada padanya maka dia seorang munafik yang murni dan barangsiapa yang terdapat pada dirinya salah satu darinya berarti ada pada dirinya sebuah kemunafikan; jika dipercaya berkhianat, jika berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika bertikai ia berbuat curang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Nah, loh.....!!Mohon maaf bung, tentu saja aku tidak menggeneralkan semua calon legislatif seperti itu, ingat saja pesan orang tua, ada malam pasti ada siang, ada pasang pasti ada surut. Demikian pula dengan calon wakil kita, pasti ada pula yang masih dapat dipercaya. Memang seh agak susah pilah-pilihnya, harap maklum, yang satu masih saudara, yang satunya masih tetangga, yang satunya masih kenalan, yang satu pernah kasih bola dan kain sarung, dan sebagainya dan sebagainya.Kembali ke pokok permasalahan, tingginya minat yang mau menjadi wakil rakyat, sampai saat ini masih membingungkan. Kalau saja wakil rakyat itu adalah pekerjaan, tentu saja tidak ada persoalan. Menjadi anggota DPR / DPRD itu bukan pekerjaan, tetapi hanyalah jabatan. Menurut orang-orang, anggota DPR atau DPRD itu pada dasarnya adalah pengemban amanat rakyat, kepada merekalah kita serahkan mau kemana negara atau daerah ini dibawa. Mau maju atau mau mundur atau jalan di tempat semuanya ada di pundak mereka. Apakah mungkin mereka berlomba-lomba menjadi wakil rakyat semata-mata hanya untuk mengemban amanat yang begitu berat?Huh, pusing aku memikirkannya. Aku lelah dan ngantuk yang amat sangat, mungkin sebaiknya aku tidur dulu sambil berharap begitu bangun aku sudah tahu jawabannya.
(Catatan Orang Pulau : Saat Bibir Tak Mampu Berkata)
Sabtu, 29 November 2008
Jumat, 28 November 2008
Standar Ganda
Pepatah yang mengatakan lebih baik terlambat dari pada tidak mungkin sekali ini ada benarnya. Bagaimana tidak? Selama ini tanpa disadari, aku telah menunjukkan ketidakkonsistenan dalam mengeja huruf-huruf yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan nantinya aku tidak perlu merasa heran bila suatu saat nanti mendengar ejaan yang aneh dan terasa asing di telinga.Sebagai contoh, untuk ejaan VCD selama ini aku selalu mengucapkannya dengan lafaz vi-ci-di dan di-vi-di untuk ejaan DVD. Mungkin aku tidak sendirian dalam hal ini, rasa-rasanya hampir semua orang menggunakan ucapan yang sama untuk dua kata tersebut. Betul nggak ya? La iya lah. Mau dibawa ke pengadilan negeri pun aku berani bertaruh, pasti bapak atau ibu hakim bilang vi-ci-di untuk ejaan VCD dan di-vi-di untuk DVD.
Lha, kalau begitu apanya yang salah? Eit………., nanti dulu bung, sepertinya aku belum pernah dengar orang mengucapkan eitch-pi untuk ejaan HP. Padahal kalau aku mau konsisten, ejaan HP seharusnya dibaca dengan eitch-pi bukan ha-pe. Kenyataannya, semua orang dari anak-anak sampai kakek nenek selalu mengucapkan ha-pe untuk ejaan HP.Mohon maaf, aku tidak bermaksud mempersoalkan sesuatu yang terkesan sepele. Peduli amatlah, biar bagaimanapun sampai saat ini aku belum punya keberanian mengucapkan ve-ce-de atau de-ve-de. Mending kalau sekedar bikin orang ketawa, paling tidak karena sudah membuat orang senang, tentunya dapat pahala biar sedikit. Kalau sampai bikin orang bingung dan dibilang “bocor halus” wah, bisa panjang urusannya.Dalam hal ini aku hanya mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya kita, eh maaf maksudnya aku sendiri, cenderung tidak bisa konsisten dalam bersikap dan senantiasa menerapkan standar ganda dalam kehidupan, tergantung mana yang lebih banyak memberi keuntungan. Mungkin akan terkesan terlalu mudah menarik suatu kesimpulan kalau hanya mengacu cara mengeja huruf, namun aku berkeyakinan ada benang hijau antara ketidakkonsistenan dalam penerapan suatu aturan dengan cara mengeja huruf yang tidak konsisten.Hohoho…………….. pantas saja dalam keseharian aku seringkali menemui hal-hal yang terkesan “abu-abu”, sesuatu yang biasanya dianggap salah eh malah dibenarkan, sesuatu yang biasanya tidak diperbolehkan tiba-tiba malah diizinkan. Singkat cerita, tergantung situasi dan kondisi. Kalau boleh pinjam kalimat trade merk nya almarhum Pak Adam Malik “semua bisa diatur”.
.
Menurut aku, kalau mau konsisten, sesuatu yang mestinya A harus tetap A yang B harus tetap menjadi B. Tapi dalam kenyataan sehari-hari, A bisa jadi B dan B bisa jadi A. Jadi tolong dimaklumi kalau aku menarik kesimpulan bahwa ketidakkonsistenan mengeja huruf adalah cermin ketidakkonsistenan dalam bersikap.Semula aku termasuk orang yang cenderung tidak mau mengerti dengan hal yang bersifat abu-abu, kalau sesuatu yang menurut aturan seharusnya tidak boleh maka sampai kapanpun harus tetap dipertahankan tetap tidak boleh, begitu pula sebaliknya sesuatu yang menurut aturan seharusnya boleh maka sampai kapanpun tidak ada alasan untuk tidak dibolehkan. Sekarang aku baru menyadari kalau selama ini aku termasuk golongan telat mikir, dan mungkin ke depan aku harus siap-siap berenang mengikuti arus biar tidak kelelahan sendiri atau bila tidak mau menjadi orang aneh.Terlepas dari itu semua, aku bersyukur bahwa seonggok hati adalah buatan Tuhan. Hanya berdasarkan kesopanan, loyalitas, persahabatan dan lain-lain sebagainya aku masih dapat “menerima” ketidakkonsistenan sikap. Kalau saja hati ini buatan manusia seperti halnya program sebuah komputer, ckckck….. tidak dapat aku bayangkan bagaimana jadinya. Harap maklum, jangankan untuk ber abu-abu ria, sebiji karakter yang salah entri, pasti monitor komputernya langsung geleng-geleng kepala sebagai tanda tidak mau.Tapi apa iya hanya karena sama-sama tidak konsisten dalam mengeja VCD dan HP aku harus memaklumi hal-hal yang tidak konsisten dalam kehidupan sehari-hari? Capek ah, mending aku istirahat dulu sambil mutar vicidi dengar lagu SMS yang dinyanyikan Ria Camelia.
……………………………………….
Bang tolong jawab tanyaku Abang
Bang nanti hape ini ku buang
Bang ayo dong jujur saja abang
Bang, kalau masih sayang……………………………
ser....ser.....ser, asyiiiik............goyang mang !!
(catatan orang pulau: saat bibir tak mampu berkata)
Lha, kalau begitu apanya yang salah? Eit………., nanti dulu bung, sepertinya aku belum pernah dengar orang mengucapkan eitch-pi untuk ejaan HP. Padahal kalau aku mau konsisten, ejaan HP seharusnya dibaca dengan eitch-pi bukan ha-pe. Kenyataannya, semua orang dari anak-anak sampai kakek nenek selalu mengucapkan ha-pe untuk ejaan HP.Mohon maaf, aku tidak bermaksud mempersoalkan sesuatu yang terkesan sepele. Peduli amatlah, biar bagaimanapun sampai saat ini aku belum punya keberanian mengucapkan ve-ce-de atau de-ve-de. Mending kalau sekedar bikin orang ketawa, paling tidak karena sudah membuat orang senang, tentunya dapat pahala biar sedikit. Kalau sampai bikin orang bingung dan dibilang “bocor halus” wah, bisa panjang urusannya.Dalam hal ini aku hanya mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya kita, eh maaf maksudnya aku sendiri, cenderung tidak bisa konsisten dalam bersikap dan senantiasa menerapkan standar ganda dalam kehidupan, tergantung mana yang lebih banyak memberi keuntungan. Mungkin akan terkesan terlalu mudah menarik suatu kesimpulan kalau hanya mengacu cara mengeja huruf, namun aku berkeyakinan ada benang hijau antara ketidakkonsistenan dalam penerapan suatu aturan dengan cara mengeja huruf yang tidak konsisten.Hohoho…………….. pantas saja dalam keseharian aku seringkali menemui hal-hal yang terkesan “abu-abu”, sesuatu yang biasanya dianggap salah eh malah dibenarkan, sesuatu yang biasanya tidak diperbolehkan tiba-tiba malah diizinkan. Singkat cerita, tergantung situasi dan kondisi. Kalau boleh pinjam kalimat trade merk nya almarhum Pak Adam Malik “semua bisa diatur”.
.
Menurut aku, kalau mau konsisten, sesuatu yang mestinya A harus tetap A yang B harus tetap menjadi B. Tapi dalam kenyataan sehari-hari, A bisa jadi B dan B bisa jadi A. Jadi tolong dimaklumi kalau aku menarik kesimpulan bahwa ketidakkonsistenan mengeja huruf adalah cermin ketidakkonsistenan dalam bersikap.Semula aku termasuk orang yang cenderung tidak mau mengerti dengan hal yang bersifat abu-abu, kalau sesuatu yang menurut aturan seharusnya tidak boleh maka sampai kapanpun harus tetap dipertahankan tetap tidak boleh, begitu pula sebaliknya sesuatu yang menurut aturan seharusnya boleh maka sampai kapanpun tidak ada alasan untuk tidak dibolehkan. Sekarang aku baru menyadari kalau selama ini aku termasuk golongan telat mikir, dan mungkin ke depan aku harus siap-siap berenang mengikuti arus biar tidak kelelahan sendiri atau bila tidak mau menjadi orang aneh.Terlepas dari itu semua, aku bersyukur bahwa seonggok hati adalah buatan Tuhan. Hanya berdasarkan kesopanan, loyalitas, persahabatan dan lain-lain sebagainya aku masih dapat “menerima” ketidakkonsistenan sikap. Kalau saja hati ini buatan manusia seperti halnya program sebuah komputer, ckckck….. tidak dapat aku bayangkan bagaimana jadinya. Harap maklum, jangankan untuk ber abu-abu ria, sebiji karakter yang salah entri, pasti monitor komputernya langsung geleng-geleng kepala sebagai tanda tidak mau.Tapi apa iya hanya karena sama-sama tidak konsisten dalam mengeja VCD dan HP aku harus memaklumi hal-hal yang tidak konsisten dalam kehidupan sehari-hari? Capek ah, mending aku istirahat dulu sambil mutar vicidi dengar lagu SMS yang dinyanyikan Ria Camelia.
……………………………………….
Bang tolong jawab tanyaku Abang
Bang nanti hape ini ku buang
Bang ayo dong jujur saja abang
Bang, kalau masih sayang……………………………
ser....ser.....ser, asyiiiik............goyang mang !!
(catatan orang pulau: saat bibir tak mampu berkata)
kado Ulang Tahun untuk Lina Rosmalina
Malam ini adalah ulang tahun istriku ke 43, aku disodorkan kebingungan yang aku buat sendiri: apa yang dapat diberikan pada dini hari esok kepada istriku. Aku mengharapkan mudah-mudahan minimal aku dapat mempersembahkan cintaku dan kesetiaanku walaupun hanya terpotong-potong padanya.
Tapi yang muncul hanyalah keraguan yang panjang, mampukah aku membuat istriku menjadi bangga kepada aku, yang telah memberikan sepasang anak (yang terbesar berusia 19 tahun dan kecil berusia 12 tahun). Keraguan yang sangat wajar dari seorang laki-laki yang jauh dari kesempurnaan seorang suami ideal ini.
Dua puluh tahun usia perkawinan aku dengannya (nanti pada tanggal 26 Desember 2008) telah ia dilalui dengan kegetiran yang amat panjang ketika harus selama 16 tahun menjalani hari-hari kehidupan yang memprihatinkan selama aku di Bayah – Banten, serta 4 (empat) tahun ada di Cianjur. Ini adalah masa-masa yang sulit dalam berumah tangga, ketika adanya kepahitan-kepahitan yang harus ditelan dan dijadikan manis dihadapan seorang suami.
Ketika menjelang pindah ke Cianjur pun (23 April2004, tragedi Bojong Galing – Palabuhanratu, aku mengalami kecelakaan lalu lintas dan menyebabkan kaki kananku harus patah menjadi enam bagian) aku memberikan beban kepadanya selama 4 (empat) bulan harus berbaring dan segala aktifitas harus dilakukan di tempat tidurku. Tempat tidur menjadi tempat segala kegiatanku, mulai dari kegiatan yang ringan-ringan sepertinya makan dan minum sampai pada kegiatan untuk sholat termasuk kegiatan khusus seperti untuk mandi dan buang air pun aku hanya mampu dilakukan di tempat tidur, hanya dari seorang istri yang luar biasa saja yang dapat dan mampu untuk membantu aku untuk melalui hari-hari panjang di tempat tidur. Kalau saja Tuhan yang Maha Kuasa memberikan cobaan ini pada keluargaku, dimana yang sakit adalah istriku sudahlah tentu aku tak akan mampu untuk mengurus dirinya setelaten dirinya mengurus diriku.
Hari ini aku sungguh-sungguh merasakan betapa terlalu banyak aku mengecewakan seorang yang telah demikian besarnya membantu aku untuk menjadi seperti sekarang ini. Segala pengorban lahir dan batin telah diberikannya pada aku. sedangkan aku, apa yang telah aku perbuat untuk menyenangkan dirinya? Kuhitung-hitung dan kupikir-pikir tak ada rasanya yang telah aku perbuat sampai hari ini untuk menyenangkan walau itu sedikit.
Selamat, dan selamat tidur kekasih malamku, aku baru saja belajar mencintaimu. Beri aku kesempatan untuk dan untuk selalu belajar mencintaimu.
Terimakasih istriku atas baktimu pada aku yang belum bisa apa-apa untuk membahagiakan dirimu.
Maafkan aku, yang belum bisa memberikan sesuatu seperti harapan dan anganmu. Aku hanya mampu memberikan padamu sepotong asa yang aku sendiri tak tahu kapan bertepi.
Kekasih Malamku
Jika saja kau sempat pertanyakan cintaku
aku tak mampu untuk ucapkan,
Jika saja kau sempat gugat cintaku
aku baru belajar mencintaimu,
Jika saja kau sempat sangsikan cintaku
aku tak mampu tanpa dirimu
Tapi yang muncul hanyalah keraguan yang panjang, mampukah aku membuat istriku menjadi bangga kepada aku, yang telah memberikan sepasang anak (yang terbesar berusia 19 tahun dan kecil berusia 12 tahun). Keraguan yang sangat wajar dari seorang laki-laki yang jauh dari kesempurnaan seorang suami ideal ini.
Dua puluh tahun usia perkawinan aku dengannya (nanti pada tanggal 26 Desember 2008) telah ia dilalui dengan kegetiran yang amat panjang ketika harus selama 16 tahun menjalani hari-hari kehidupan yang memprihatinkan selama aku di Bayah – Banten, serta 4 (empat) tahun ada di Cianjur. Ini adalah masa-masa yang sulit dalam berumah tangga, ketika adanya kepahitan-kepahitan yang harus ditelan dan dijadikan manis dihadapan seorang suami.
Ketika menjelang pindah ke Cianjur pun (23 April2004, tragedi Bojong Galing – Palabuhanratu, aku mengalami kecelakaan lalu lintas dan menyebabkan kaki kananku harus patah menjadi enam bagian) aku memberikan beban kepadanya selama 4 (empat) bulan harus berbaring dan segala aktifitas harus dilakukan di tempat tidurku. Tempat tidur menjadi tempat segala kegiatanku, mulai dari kegiatan yang ringan-ringan sepertinya makan dan minum sampai pada kegiatan untuk sholat termasuk kegiatan khusus seperti untuk mandi dan buang air pun aku hanya mampu dilakukan di tempat tidur, hanya dari seorang istri yang luar biasa saja yang dapat dan mampu untuk membantu aku untuk melalui hari-hari panjang di tempat tidur. Kalau saja Tuhan yang Maha Kuasa memberikan cobaan ini pada keluargaku, dimana yang sakit adalah istriku sudahlah tentu aku tak akan mampu untuk mengurus dirinya setelaten dirinya mengurus diriku.
Hari ini aku sungguh-sungguh merasakan betapa terlalu banyak aku mengecewakan seorang yang telah demikian besarnya membantu aku untuk menjadi seperti sekarang ini. Segala pengorban lahir dan batin telah diberikannya pada aku. sedangkan aku, apa yang telah aku perbuat untuk menyenangkan dirinya? Kuhitung-hitung dan kupikir-pikir tak ada rasanya yang telah aku perbuat sampai hari ini untuk menyenangkan walau itu sedikit.
Selamat, dan selamat tidur kekasih malamku, aku baru saja belajar mencintaimu. Beri aku kesempatan untuk dan untuk selalu belajar mencintaimu.
Terimakasih istriku atas baktimu pada aku yang belum bisa apa-apa untuk membahagiakan dirimu.
Maafkan aku, yang belum bisa memberikan sesuatu seperti harapan dan anganmu. Aku hanya mampu memberikan padamu sepotong asa yang aku sendiri tak tahu kapan bertepi.
Kekasih Malamku
Jika saja kau sempat pertanyakan cintaku
aku tak mampu untuk ucapkan,
Jika saja kau sempat gugat cintaku
aku baru belajar mencintaimu,
Jika saja kau sempat sangsikan cintaku
aku tak mampu tanpa dirimu
Rabu, 26 November 2008
Terimakasihku
(pada Unang S, Yanyan dan Apid)
terimakasihku
adalah tasbihku pada malam menanti pagi
terimakasihku
adalah airmata di atas sajadah malamku
terimakasihku
aku terima kasihmu
terimakasihku
adalah tasbihku pada malam menanti pagi
terimakasihku
adalah airmata di atas sajadah malamku
terimakasihku
aku terima kasihmu
Nyanyian dari Gentur
(pada Abror)
Cintaku padamu
adalah batas air mata di atas sajadah malam
Cintaku padamu
adalah air mata mengalir ketika memenuhi rongga dada
cintaku padamu
adalah malam yang menanti adanya pekatnya pekat berlalu
cintaku padamu
adalah kegetiran rupa mencari bentuk
cintaku padamu
adalah sunyi menantikan takbir
cintaku padamu
adalah tasbihku pada pagi
cintaku padamu
adalah cintaku pada Rob.
Cintaku padamu
adalah batas air mata di atas sajadah malam
Cintaku padamu
adalah air mata mengalir ketika memenuhi rongga dada
cintaku padamu
adalah malam yang menanti adanya pekatnya pekat berlalu
cintaku padamu
adalah kegetiran rupa mencari bentuk
cintaku padamu
adalah sunyi menantikan takbir
cintaku padamu
adalah tasbihku pada pagi
cintaku padamu
adalah cintaku pada Rob.
Selasa, 25 November 2008
Mau Kawin Lagi, Ahh
Selepas tengah malam itu aku ngobrol bersama teman-teman di pos ronda di Komplek BTN, salah satu teman berkata, ”Aku adalah makhluk Tuhan yang paling berbahagia karena aku mendapatkan kesempatan sekaligus izin dari istriku, untuk menikah lagi dengan perempuan mana pun asal sepengetahuannya serta tidak menikah secara sembunyi-bunyi, seperti yang banyak dilakukan oleh laki-laki kebanyakan di zaman sekarang.”
Biasalah aku sebagai laki-laki sangat bersyukur ketika mendengarkan temanku mendapatkan kesempatan yang sangat langka ini, kami serempat mengucapkan ”Alhamdulillah, kalau saja aku mendapatkan kesempatan tersebut itu tentunya aku tidak akan disia-siakan.”
Rekanku satu ini bukannya bergembira, tetapi ia seakan berfikir berulang kali untuk membuat keputusan. Kami menjadi meragukan akan kejantanan rekanku ini, jangan-jangan .....
Aku menjadi sangat penasaran terhadap rekan satu ini (seakan-akan aku sendiri yang mendapatkan kesempatan yang langka ini), dengan cepat kutanyakan, ”mengapa tak dipakai kesempatan ini, sebelum istri Akang berubah pikiran lagi.”
”Istriku tak akan berubah pikiran karena ia adalah istri yang sangat berbakti kepada sang suami.” dengan santainya ia menanggapi akan kegelisahan ku ini.
Terus ia meneruskan kalimatnya, ”Kalau saja Akang diberikan kesempatan ini oleh istri Akang, apakah Akang pergunakan juga. Mampukah Akang memenuhi persyaratan-persyaratan yang dimintanya?”
”Emangnya persyaratan yang diinginkan oleh Akang terlalu berat?” Balik aku bertanya.
”Istri yang sholeh tidaklah pernah menuntut sesuatu yang berat. Hanya menginginkan syarat 4 (empat) L.
Syarat L pertama adalah ”perempuan yang akan dinikahi haruslah lebih cantik.”
Artinya sangatlah mudah memenuhi persyaratan pertama, karena perempuan yang lebih cantik daripada yang di rumah itu sangatlah banyak.
Syarat L kedua adalah ”Perempuan pilihan Aku untuk dinikahi hendaklah lebih muda dari umur istriku.” ini berarti benar-benar istri yang sholehah.
”selanjutnya?” seakan-akan aku tak sabar (sepertinya aku sendiri yang akan kawin dalam waktu dekat).
”Tenang, Kang!” kata temanku ini (sepertinya ia telah mengetahui isi otakku yang tengah penasaran), ”Ini pun persyaratan yang sangat mudah untuk dipenuhi, apalagi oleh Akang-Akang yang telah memiliki modal dan kelayakan. Syarat L yang ketiga adalah lebih kaya dibandingkan istri pertamaku.” tentunya persyaratan ini pun dapat dipenuhi oleh laki-laki yang kepalanya sudah mulai panas.
”Terus!!!!!!” Rekan ku ini terdiam, mendengar kata ku (yang lebih mirip teriak) yang keluar dari mulut. Aku pun minta maaf kepada temanku ini, kulunakkan suara ku, ”Bagaimana kalau L yang ke empatnya?”
”Ini pun sangat mudah, ia hanya minta Langkahi mayatku, baru bisa kawin lagi!”
Bukankah ini adalah persyaratan yang sangat mudah untuk melangkahi mayat, yang paling berat hanyalah membuatnya menjadi mayaaaaaaaaaaat.
Rekanku ini ngacir meninggalkan pos ronda menuju tempat pembakaran singkong, sementara kepala ku panas masih panas mencari-cari .........
Rekan-rekanku sedang asyik makan singkong bakar di tengah kerasnya angin bertiup pada malam ini, aku pun terserang penyakit 4 (empat) L pula, yakni : Lemah, Letih, Lesu dan Loyo karena tak jadi ......
Huh, pusing aku memikirkan penyakit yang baru menyerangku, ditambah dengan perut yang mulai terasa lapar. Aku lelah dan ngantuk yang amat sangat, mungkin sebaiknya aku tidur dulu sambil berharap begitu bangun aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan.
Biasalah aku sebagai laki-laki sangat bersyukur ketika mendengarkan temanku mendapatkan kesempatan yang sangat langka ini, kami serempat mengucapkan ”Alhamdulillah, kalau saja aku mendapatkan kesempatan tersebut itu tentunya aku tidak akan disia-siakan.”
Rekanku satu ini bukannya bergembira, tetapi ia seakan berfikir berulang kali untuk membuat keputusan. Kami menjadi meragukan akan kejantanan rekanku ini, jangan-jangan .....
Aku menjadi sangat penasaran terhadap rekan satu ini (seakan-akan aku sendiri yang mendapatkan kesempatan yang langka ini), dengan cepat kutanyakan, ”mengapa tak dipakai kesempatan ini, sebelum istri Akang berubah pikiran lagi.”
”Istriku tak akan berubah pikiran karena ia adalah istri yang sangat berbakti kepada sang suami.” dengan santainya ia menanggapi akan kegelisahan ku ini.
Terus ia meneruskan kalimatnya, ”Kalau saja Akang diberikan kesempatan ini oleh istri Akang, apakah Akang pergunakan juga. Mampukah Akang memenuhi persyaratan-persyaratan yang dimintanya?”
”Emangnya persyaratan yang diinginkan oleh Akang terlalu berat?” Balik aku bertanya.
”Istri yang sholeh tidaklah pernah menuntut sesuatu yang berat. Hanya menginginkan syarat 4 (empat) L.
Syarat L pertama adalah ”perempuan yang akan dinikahi haruslah lebih cantik.”
Artinya sangatlah mudah memenuhi persyaratan pertama, karena perempuan yang lebih cantik daripada yang di rumah itu sangatlah banyak.
Syarat L kedua adalah ”Perempuan pilihan Aku untuk dinikahi hendaklah lebih muda dari umur istriku.” ini berarti benar-benar istri yang sholehah.
”selanjutnya?” seakan-akan aku tak sabar (sepertinya aku sendiri yang akan kawin dalam waktu dekat).
”Tenang, Kang!” kata temanku ini (sepertinya ia telah mengetahui isi otakku yang tengah penasaran), ”Ini pun persyaratan yang sangat mudah untuk dipenuhi, apalagi oleh Akang-Akang yang telah memiliki modal dan kelayakan. Syarat L yang ketiga adalah lebih kaya dibandingkan istri pertamaku.” tentunya persyaratan ini pun dapat dipenuhi oleh laki-laki yang kepalanya sudah mulai panas.
”Terus!!!!!!” Rekan ku ini terdiam, mendengar kata ku (yang lebih mirip teriak) yang keluar dari mulut. Aku pun minta maaf kepada temanku ini, kulunakkan suara ku, ”Bagaimana kalau L yang ke empatnya?”
”Ini pun sangat mudah, ia hanya minta Langkahi mayatku, baru bisa kawin lagi!”
Bukankah ini adalah persyaratan yang sangat mudah untuk melangkahi mayat, yang paling berat hanyalah membuatnya menjadi mayaaaaaaaaaaat.
Rekanku ini ngacir meninggalkan pos ronda menuju tempat pembakaran singkong, sementara kepala ku panas masih panas mencari-cari .........
Rekan-rekanku sedang asyik makan singkong bakar di tengah kerasnya angin bertiup pada malam ini, aku pun terserang penyakit 4 (empat) L pula, yakni : Lemah, Letih, Lesu dan Loyo karena tak jadi ......
Huh, pusing aku memikirkan penyakit yang baru menyerangku, ditambah dengan perut yang mulai terasa lapar. Aku lelah dan ngantuk yang amat sangat, mungkin sebaiknya aku tidur dulu sambil berharap begitu bangun aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan.
Senin, 24 November 2008
MIE SETENGAH GORENG RASA KOPI ALA PMR SMA CIBEBER
Dalam kedaruratan yang terjadi di Perjusami PMR di Cibodas, siswa bersama pembina membuat satu masakan yang sangat enak dan layak untuk diuji cobakan di dapur Anda, masakan tersebut adalah mie setengah goreng rasa kopi.
Bagi Anda yang tertarik dapat mencobanya, ada pun resepnya adalah sebagai berikut:
Bahan:
Mie instan rasa apa saja (dua bungkus boleh juga tiga sesuai kapasitas perut)
Kopi bungkus (cocoknya ABC mocca, ini cukup satu bungkus saja = kalau lebih mending minum kopinya aja satu teko)
Telor (boleh satu, dua pun boleh)
Cara memasaknya:
Mie di rebus sampai lembuuuuuuuuut, kemudian di tiriskan.
Selanjutnya bumbu dari mie instan tersebut (3/4 dari bahan yang ada) Terus ditambahkan kopi yang telah tersedia, dimasukan pada air panas (lebih kurang setengah gelas belimbing saja) dan dikocok dengan telor
Kemudian disatukan dengan mie yang telah disiapkan pada piring atau mangkok sesuai kebutuhannya
Terakhir disantap untuk satu orang pasti ada akan mendapatkan mie rasa kopi yang betul-betul mantaaaap.
Bagi Anda yang tertarik dapat mencobanya, ada pun resepnya adalah sebagai berikut:
Bahan:
Mie instan rasa apa saja (dua bungkus boleh juga tiga sesuai kapasitas perut)
Kopi bungkus (cocoknya ABC mocca, ini cukup satu bungkus saja = kalau lebih mending minum kopinya aja satu teko)
Telor (boleh satu, dua pun boleh)
Cara memasaknya:
Mie di rebus sampai lembuuuuuuuuut, kemudian di tiriskan.
Selanjutnya bumbu dari mie instan tersebut (3/4 dari bahan yang ada) Terus ditambahkan kopi yang telah tersedia, dimasukan pada air panas (lebih kurang setengah gelas belimbing saja) dan dikocok dengan telor
Kemudian disatukan dengan mie yang telah disiapkan pada piring atau mangkok sesuai kebutuhannya
Terakhir disantap untuk satu orang pasti ada akan mendapatkan mie rasa kopi yang betul-betul mantaaaap.
Minggu, 23 November 2008
RELAWAN HARUSKAH RELA
Setelah seharian bercanda dengan siswa mempersiapkan tenda dan sebagainya menjelang kegiatan pelatihan dan pelantikan Palang Merah Remaja tingkat cabang (Perjusami = perkemahan Jum’at, Sabtu dan Minggu) di Cibodas Cianjur. Selepas sholat isya aku bersama rekan-rekan pembina langsung bisa tidur, semetara anak-anak PMR telah menjadi tanggung jawab dari pelatih dari Cianjur dan Bandung. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu dengan rekanku yang sudah almarhum (Kang Ade). Sungguh gagah dan penuh wibawa dimiliki temanku tersebut dengan menggunakan seragam relawan yang tengah sibuk-sbuknya menjadi komandan dari pasukan dalam pencarian korban bencana di Giri Mukti Cianjur. “Bung, masih memiliki kekuatan yang luar biasa membawa anak-anak dari Cibeber untuk dijadikan anggota PMR di negeri ini? Lihatlah seragam yang aku miliki ini adalah seragam yang pernah menjadi impian seorang PMR seperti anak-anak bung sekarang ini.”
Aku buru-buru menjawab, sebelum aku lupa aku tengah mendapat kuliah dari rekananku ini “Aku hanya melaksanakan kewajiban sederhanaku sebagai seorang guru untuk mengantarkan anak-anakku mencapai apa yang diinginkannya.” Walaupun aku sempat mengeluhkan juga mengenai anggaranku membawa 24 anak selama 3 hari untuk mengantarkan impian anak-anakku untuk mencapai seorang relawan hanya Rp. 700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah ini adalah batas maksimum yang diberikan oleh sekolah besarku, habislah terpakai untuk biaya transport dan pendaftaran peserta). “Seperti itulah yang dialami oleh kami ketika menjadi seorang relawan di tanah bencana. Kami hanya sampai diantar di tanah bencana, selanjutnya makan dan kelehan kami tidak ada yang memikirkannya. Betapa nikmatnya seorang relawan harus benar-benar rela menjalani semua ini. Bahkan rasa terimakasih pun belumlah sempat terucap dari bibir-bibir dari orang memanfaatkan kami. Semua itu terobati dengan diketemukannya para korban untuk diperlakukan sebagaimana mestinya. Kami sempat dan diberikan kesempatan untuk berbuat nyata sudahlah cukup bagi kami”
”Aku pun sempat punya rekanan dari relawan yang harus meninggalkan dunia ketika tengah menjalani pencarian korban bencana di suatu daerah. Kami harus kembali ikhlas menjalani semua ini.” Aku dengan cepat memotong kuliah malam ini, ”Apakah setiap relawan tidak diasuransikan? Seharusnya setiap anggota relawan mendapatkan asuransi, bahkan ketika diberangkatkan ke daerah bencana ia harus diasuransikan kembali, biar mereka dapat dengan tenang bekerja!” Aku bahkan bertambah marah ketika rekanku diam seribu bahasa. ”seharusnya relawan tersebut mendapatkan jaminan yang layak, bahkan kalau perlu mereka diangkat menjadi PNS dan ditempat di setiap kecamatan, biar ketika menjadi daerah bencana, mereka dapat langsung berada di lokasi dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk dapat membuat laporan kilat bencana dan kebutuhan yang diperlukan oleh korban bencana. Mereka menjadi pusat informasi dan komando terdepan, kita lihat ketika terjadi bencana kemarin ada beberapa pihak yang membuat laporan yang tidak akurat, entah memanfaatkan bencana untuk mendapat keuntungan dari bencana atau kah karena tidak tahu untuk membuat laporan yang benar-benar akurat seperti yang dimiliki oleh relawan tersebut yang betul-betul mencari data dan mengolah data serta membuatkan laporannya.” Kang Ade belumlah sempat berfikir dengan pernyataanku tersebut langsung ku sambung dengan kemarahanku selanjutnya. ”Kemudian ketika tidak terjadi bencana mereka semua wajib dan siap untuk menjadi pelatih masyarakat untuk dapat berbuat banyak ketika terjadi bencana dengan cara untuk tidak panik saat terjadi bencana.”
Dengan tenangnya Kang Ade menjawab semua pertanyaanku yang merupakan pernyataan tersebut. ”Aku sudah tidak membutuh semua itu, karena aku telah meningggalkan dunia. Sekarang adalah menjadi tanggung jawab Bung, untuk memperhatikan semua itu. Mulailah dari anak-anak didik Bung yang tengah dikaderkan Bung untuk dapat diperhatikan. Kalau mereka nanti ada yang sakit, atau belum sempat makan karena nasi yang satu katrol itu, tidaklah cukup untuk dimakan oleh 24 orang ditambah dengan Bung sendiri sehingga menjadi 25 mulut yang harus dicukupi kebutuhan makannya.
Aku titip mereka, untuk dapat Bung besarkan mereka dengan jiwa-jiwa yang bersih untuk dapat berbuat baik untuk negeri ini.
Bung, janganlah pernah marah terhadap keadaan mereka (relawan yang tidak terperhatikan tersebut) barangkali pemerintah belum ada waktu dan dana untuk memikirkan mereka. Kita do’akan saja mudah-mudahan ada hati untuk relawan yang masih rela untuk menikmati hidup ini dengan rasa syukur.
Kalau Bung sudah bisa tidak mementingkan diri Bung sendiri berarti sudah berkurang satu bangsat di negeri ini.”
Aku terbangun dari tidurku yang sekejap. Aku pun menitiskan air mataku, ”Anak-anakku, maafkan bapakmu ini jika kalian lapar ditengah perjalanan malam ini. Kita bersama lapar, biarkan lapar ini menjadikan rasa syukur kita bahwa kita diberikan nurani. Untuk lain-lainnya biarkan menjadi pertanggung jawaban mereka nanti ketika memanfaatkan kita untuk kepentingannya.!”
Bersama-sama calon relawan pun aku terdiam menanti jawaban mereka untuk dapat memperhatikan relawan cukup dan cukup, sewajarnya.
Aku buru-buru menjawab, sebelum aku lupa aku tengah mendapat kuliah dari rekananku ini “Aku hanya melaksanakan kewajiban sederhanaku sebagai seorang guru untuk mengantarkan anak-anakku mencapai apa yang diinginkannya.” Walaupun aku sempat mengeluhkan juga mengenai anggaranku membawa 24 anak selama 3 hari untuk mengantarkan impian anak-anakku untuk mencapai seorang relawan hanya Rp. 700.000,- (tujuh ratus ribu rupiah ini adalah batas maksimum yang diberikan oleh sekolah besarku, habislah terpakai untuk biaya transport dan pendaftaran peserta). “Seperti itulah yang dialami oleh kami ketika menjadi seorang relawan di tanah bencana. Kami hanya sampai diantar di tanah bencana, selanjutnya makan dan kelehan kami tidak ada yang memikirkannya. Betapa nikmatnya seorang relawan harus benar-benar rela menjalani semua ini. Bahkan rasa terimakasih pun belumlah sempat terucap dari bibir-bibir dari orang memanfaatkan kami. Semua itu terobati dengan diketemukannya para korban untuk diperlakukan sebagaimana mestinya. Kami sempat dan diberikan kesempatan untuk berbuat nyata sudahlah cukup bagi kami”
”Aku pun sempat punya rekanan dari relawan yang harus meninggalkan dunia ketika tengah menjalani pencarian korban bencana di suatu daerah. Kami harus kembali ikhlas menjalani semua ini.” Aku dengan cepat memotong kuliah malam ini, ”Apakah setiap relawan tidak diasuransikan? Seharusnya setiap anggota relawan mendapatkan asuransi, bahkan ketika diberangkatkan ke daerah bencana ia harus diasuransikan kembali, biar mereka dapat dengan tenang bekerja!” Aku bahkan bertambah marah ketika rekanku diam seribu bahasa. ”seharusnya relawan tersebut mendapatkan jaminan yang layak, bahkan kalau perlu mereka diangkat menjadi PNS dan ditempat di setiap kecamatan, biar ketika menjadi daerah bencana, mereka dapat langsung berada di lokasi dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk dapat membuat laporan kilat bencana dan kebutuhan yang diperlukan oleh korban bencana. Mereka menjadi pusat informasi dan komando terdepan, kita lihat ketika terjadi bencana kemarin ada beberapa pihak yang membuat laporan yang tidak akurat, entah memanfaatkan bencana untuk mendapat keuntungan dari bencana atau kah karena tidak tahu untuk membuat laporan yang benar-benar akurat seperti yang dimiliki oleh relawan tersebut yang betul-betul mencari data dan mengolah data serta membuatkan laporannya.” Kang Ade belumlah sempat berfikir dengan pernyataanku tersebut langsung ku sambung dengan kemarahanku selanjutnya. ”Kemudian ketika tidak terjadi bencana mereka semua wajib dan siap untuk menjadi pelatih masyarakat untuk dapat berbuat banyak ketika terjadi bencana dengan cara untuk tidak panik saat terjadi bencana.”
Dengan tenangnya Kang Ade menjawab semua pertanyaanku yang merupakan pernyataan tersebut. ”Aku sudah tidak membutuh semua itu, karena aku telah meningggalkan dunia. Sekarang adalah menjadi tanggung jawab Bung, untuk memperhatikan semua itu. Mulailah dari anak-anak didik Bung yang tengah dikaderkan Bung untuk dapat diperhatikan. Kalau mereka nanti ada yang sakit, atau belum sempat makan karena nasi yang satu katrol itu, tidaklah cukup untuk dimakan oleh 24 orang ditambah dengan Bung sendiri sehingga menjadi 25 mulut yang harus dicukupi kebutuhan makannya.
Aku titip mereka, untuk dapat Bung besarkan mereka dengan jiwa-jiwa yang bersih untuk dapat berbuat baik untuk negeri ini.
Bung, janganlah pernah marah terhadap keadaan mereka (relawan yang tidak terperhatikan tersebut) barangkali pemerintah belum ada waktu dan dana untuk memikirkan mereka. Kita do’akan saja mudah-mudahan ada hati untuk relawan yang masih rela untuk menikmati hidup ini dengan rasa syukur.
Kalau Bung sudah bisa tidak mementingkan diri Bung sendiri berarti sudah berkurang satu bangsat di negeri ini.”
Aku terbangun dari tidurku yang sekejap. Aku pun menitiskan air mataku, ”Anak-anakku, maafkan bapakmu ini jika kalian lapar ditengah perjalanan malam ini. Kita bersama lapar, biarkan lapar ini menjadikan rasa syukur kita bahwa kita diberikan nurani. Untuk lain-lainnya biarkan menjadi pertanggung jawaban mereka nanti ketika memanfaatkan kita untuk kepentingannya.!”
Bersama-sama calon relawan pun aku terdiam menanti jawaban mereka untuk dapat memperhatikan relawan cukup dan cukup, sewajarnya.
Senin, 17 November 2008
Guru Berselingkuh dengan Siswa
Ketika menjelang dan pasca Amrozi Cs. di eksekusi banyaklah terror (berupa telpon gelap dan pesan singkat) yang dikirim oleh orang-orang iseng (termasuk dilakukan oleh siswa-siswa) datang ke berbagai tempat, sehingga pak Polisi sangat sibuk untuk mengantisipasi kalau-kalau itu adalah ancaman yang serius. Ini adalah pekerjaan sungguh-sungguh terlalu merepotkan banyak kalangan petinggi negeri yang tercinta ini.
Siswa-siswa karena keisengannya (banyak jam kosong kali) ada yang iseng menjadi tukang palak (mencari uang rokok tambahan atau uang keamanan) terhadap adek angkatan atau seangkatan yang lebih lemah. Ada juga yang karena isengnya ia menggunakan minuman alkohol (minumnya secangkir mabuknya sepuluh botol) untuk meningkatkan keberaniannya untuk dapat tampil di depan rekan-rekannya ketika diadakan parade band (untuk dapat menari atau kah kesurupan). Pun ada yang dengan keisengannya harus memperlihatkan kewibawaannya dengan cara memukuli (geng Nero kali) adek angkatannya. Semua ini adalah perkembangan yang tidak sehat untuk generasi berikutnya, sekaligus membuat repot pihak sekolah. (Pembina Kesiswaan beserta Dewan Guru yang harus pontang-panting memutuskan mata rantai kegiatan yang tidak sehat serta tidak memiliki nilai manfaat ini).
Bersamaan pada pojok lain (ruang komputer) ada juga siswa dan guru yang iseng memilih untuk “berselingkuh” (ini ide agak sableng tapi mudah-mudahan dapat mengurangi efek merugikan diri sendiri dan orang lain). Berselingkuh yang selama ini dianggap menyakitkan banyak pihak pula (terutama dilakukan oleh para pria dan ini sangat menyakitkan perempuan-perempuan dan begitu pula sebaliknya), hendaknya perselingkuhan dapat diubah menjadi seseuatu yang tidak menyakitkan terlalu banyak pihak.
Misalnya kita mulailah perselingkuhan ini dengan melibatkan siswa untuk memanfaarkan fasilitas yang ada di ruangan komputer menjadikan sesuatuyang memiliki nilai dan manfaat bagi siswa dan guru sendiri untuk mencari penghasilan tambahan dan sebagainya. Kita mulai mengajak siswa-siswa SMA dan sederajat mempergunakan komputer untuk membuat gambar-gambar ataupun film yang menyeramkan dan sekaligus mengasikkan bagi siswa.
Hasil akhirnya siswa-siswa akan sibuk dengan komputernya, serta lupa dengan dunia iseng mereka selama ini, yakni menjadi tukang palak, minuman alkohol dan memukuli orang lain.
Ini beberapa gambar hasil berselingkuhnya sang guru dengan siswa di ruang komputer.

Bukankah apa yang dihasilkan dari seramnya perselingkuhan itu menyenangkan. Dan sangat meminimalkan dari merugikan orang lain.


Siswa-siswa karena keisengannya (banyak jam kosong kali) ada yang iseng menjadi tukang palak (mencari uang rokok tambahan atau uang keamanan) terhadap adek angkatan atau seangkatan yang lebih lemah. Ada juga yang karena isengnya ia menggunakan minuman alkohol (minumnya secangkir mabuknya sepuluh botol) untuk meningkatkan keberaniannya untuk dapat tampil di depan rekan-rekannya ketika diadakan parade band (untuk dapat menari atau kah kesurupan). Pun ada yang dengan keisengannya harus memperlihatkan kewibawaannya dengan cara memukuli (geng Nero kali) adek angkatannya. Semua ini adalah perkembangan yang tidak sehat untuk generasi berikutnya, sekaligus membuat repot pihak sekolah. (Pembina Kesiswaan beserta Dewan Guru yang harus pontang-panting memutuskan mata rantai kegiatan yang tidak sehat serta tidak memiliki nilai manfaat ini).
Bersamaan pada pojok lain (ruang komputer) ada juga siswa dan guru yang iseng memilih untuk “berselingkuh” (ini ide agak sableng tapi mudah-mudahan dapat mengurangi efek merugikan diri sendiri dan orang lain). Berselingkuh yang selama ini dianggap menyakitkan banyak pihak pula (terutama dilakukan oleh para pria dan ini sangat menyakitkan perempuan-perempuan dan begitu pula sebaliknya), hendaknya perselingkuhan dapat diubah menjadi seseuatu yang tidak menyakitkan terlalu banyak pihak.
Misalnya kita mulailah perselingkuhan ini dengan melibatkan siswa untuk memanfaarkan fasilitas yang ada di ruangan komputer menjadikan sesuatuyang memiliki nilai dan manfaat bagi siswa dan guru sendiri untuk mencari penghasilan tambahan dan sebagainya. Kita mulai mengajak siswa-siswa SMA dan sederajat mempergunakan komputer untuk membuat gambar-gambar ataupun film yang menyeramkan dan sekaligus mengasikkan bagi siswa.
Hasil akhirnya siswa-siswa akan sibuk dengan komputernya, serta lupa dengan dunia iseng mereka selama ini, yakni menjadi tukang palak, minuman alkohol dan memukuli orang lain.
Ini beberapa gambar hasil berselingkuhnya sang guru dengan siswa di ruang komputer.

Bukankah apa yang dihasilkan dari seramnya perselingkuhan itu menyenangkan. Dan sangat meminimalkan dari merugikan orang lain.


Mudah-mudahan siswa-siswa mulai sekarang banyak menyalurkan keisengannya untuk “berselingkuh dengan teknologi”
Sabtu, 15 November 2008
SANG PEMIMPIN
Pemimpin seperti apakah yang tengah dicari sekarang ini? Ini adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh mereka yang tengah sibuk-sibuknya untuk mendapatkan simpati masyarakat. Sangat terlihat dengan jelas dalam masyarakat bahwa masyarakat tengah merindukan Sang Pemimpin yang dapat dijadikan panutan.
Ketika terjadi bencana di di Kecamatan Campaka, Alhamdulillah, nampak iringan-iringan kendaraan bantuan bagi korban bencana mengalir tak henti-hentinya. Semua kendaraan datang dengan atribut-atribut partai beserta foto-foto besar sang pemimpin, ini apakah ikhlas semata-mata menolong saudara-saudara yang tengah mengalami bencana. Ataukah ada dalam rangka mencuri perhatian dari mereka yang mengalami bencana untuk dapat dipilih di bulan April nanti.
Masyarakat yang tengah mendapatkan bencana tidak peduli siapa yang membantu, setiap bantuan adalah beban yang berkurang. Sangat-sangat wajar saja ketika bantuan datang apalagi bersama Sang pemimpin mereka dengan tangan terbuka menerimanya. Sang Pemimpin ini adalah yang membantu kami, artinya sang pemimpin ini adalah yang pertama-tama peduli dengan nasib para korban bencana di tanah ini.
Ketika terjadi bencana di di Kecamatan Campaka, Alhamdulillah, nampak iringan-iringan kendaraan bantuan bagi korban bencana mengalir tak henti-hentinya. Semua kendaraan datang dengan atribut-atribut partai beserta foto-foto besar sang pemimpin, ini apakah ikhlas semata-mata menolong saudara-saudara yang tengah mengalami bencana. Ataukah ada dalam rangka mencuri perhatian dari mereka yang mengalami bencana untuk dapat dipilih di bulan April nanti.
Masyarakat yang tengah mendapatkan bencana tidak peduli siapa yang membantu, setiap bantuan adalah beban yang berkurang. Sangat-sangat wajar saja ketika bantuan datang apalagi bersama Sang pemimpin mereka dengan tangan terbuka menerimanya. Sang Pemimpin ini adalah yang membantu kami, artinya sang pemimpin ini adalah yang pertama-tama peduli dengan nasib para korban bencana di tanah ini.
MUSIBAH GIRI MUKTI - CIANJUR
MAGRIB DI GIRI MUKTI 13 NOPEMBER 2008
Cukuplah
air segelas selepas magrib
untuk melenyapkan puluhan pohon
dan belasan burung-burung kecil lepas terbang
Ketika kegetiran ini tak bisa bicara
Adakah yang dapat mendengar dan teriakan
akan sesak yang tak terucap
akan tangisan yang terkafani
dan cinta yang tercabik selepas magrib.
Cukuplah
air segelas selepas magrib
untuk melenyapkan puluhan pohon
dan belasan burung-burung kecil lepas terbang
Ketika kegetiran ini tak bisa bicara
Adakah yang dapat mendengar dan teriakan
akan sesak yang tak terucap
akan tangisan yang terkafani
dan cinta yang tercabik selepas magrib.
MUSIBAH GIRI MUKTI - CIANJUR
Siang tadi aku dan anakku yang berusia 11 tahun, menunjukkan rasa duka dan simpati kepada keluarga yang sedang kena musibah tanah longsor di Giri Mukti Kec. Campaka Kabupaten Cianjur. Sampai di Irigasi, sang Bocah berceloteh “Pak, Dedek sakit hati dan marah ke bapak yang mengajak ke sini. Dedek harus becek-becek sementara beberapa meter dari sini Dedek lihat banyak orang yang memancing ikan santai-santai saja. Apa bapak tengah memperlihatkan ke Dedek sepertinya tidak ada apa-apa dengan saudara-saudara Dedek yang tengah sekarat, bahkan meninggal dunia karena tertimbun tanah longsor.” Aku pun tersentak dengan celoteh anakku, aku harus berfikir untuk menjawab ataupun untuk meluruskan celotehan tersebut. Setelah agak tenang aku pun mencoba untuk mengomentari terhadap celotehan tersebut, “Kenapa Dedek harus sakit hati ketika melihat orang lain lain masih bisa memancing ikan ketika tetangganya tengah dalam kesusahan, mereka mungkin sepanjang malam dan sepanjang pagi tadi telah membantu mereka di lokasi bencana. Sementara kita baru siang ini kesini. Dedek memangnya melihat ada orang yang tengah memancing ikan? Bapak hanyak melihat orang-orang yang tengah sibuk membantu saudara-saudara mereka yang kena musibah.” Dengan sewot sang Bocah meneruskan celotehannya, “Bapak hanya pura-pura tidak melihat mereka yang tengah mancing, Bapak munafik….” Akupun harus meluruskan apa yang dikatakan anakku, “Dek, jangan biarkan hati nurani Adek rusak karena hal-hal yang dilakukan orang lain. Suburkanlah hati Dedek untuk kemanusiaan, karena Adek adalah manusia yang punya perasaan. Kita harus belajar bersyukur karena kejadian itu tidak menimpa kita secara langsung tapi terjadi pada saudara kita, kita tidak serepot mereka yang kena bencana. Kita hanya melihat dan menunjukkan rasa duka kita dengan membantu mereka seadanya.” Kuteruskan kuliah ini “Hanya seadanya yang bisa kita berikan kepada mereka, karena kita sendiri memang tak pernah memiliki sesuatu yang layak diberikan kepada mereka, kecuali rasa duka ini.”
Anakku pun terus berjalan mengikuti orang-orang menapaki jalan yang licin untuk sampai di lokasi tanah longsor. Subhanallah, sungguh-sungguh sangat menyedihkan. Anakku masih sanggupkah dirimu mengatakan sakit hatimu, ketika melihat sedemikian besarnya bencana bagi saudara-saudara kita di tanah ini. Masih bisakah kita bersantai-santai ketika musibah itu datang dan menimpa saudara-saudara kita.
Semoga saja Allah yang Menguasai segala-gala dapat memberikan kepada kita hati yang tulus untuk membantu saudara-saudara yang tengah mendapatkan musibah dan bencana.
Semoga saja Allah SWT memberikan kekuatan yang luar biasa bagi saudara-saudaraku yang tengah mengalami musibah dan bencana. Hanya dengan kekuatan yang datangnya dari Allah-lah kita dapat melalui kegetiran ini dengan selalu bersyukur pada-Nya.
Anakku pun terus berjalan mengikuti orang-orang menapaki jalan yang licin untuk sampai di lokasi tanah longsor. Subhanallah, sungguh-sungguh sangat menyedihkan. Anakku masih sanggupkah dirimu mengatakan sakit hatimu, ketika melihat sedemikian besarnya bencana bagi saudara-saudara kita di tanah ini. Masih bisakah kita bersantai-santai ketika musibah itu datang dan menimpa saudara-saudara kita.
Semoga saja Allah yang Menguasai segala-gala dapat memberikan kepada kita hati yang tulus untuk membantu saudara-saudara yang tengah mendapatkan musibah dan bencana.
Semoga saja Allah SWT memberikan kekuatan yang luar biasa bagi saudara-saudaraku yang tengah mengalami musibah dan bencana. Hanya dengan kekuatan yang datangnya dari Allah-lah kita dapat melalui kegetiran ini dengan selalu bersyukur pada-Nya.
Jumat, 14 November 2008
DINI HARI MINGGU, 9 NOPEMBER 2008
DINI HARI MINGGU, 9 NOPEMBER 2008
Tiga burung hijau kecil membawa tiga jarum kecil
Mengepakkan sayap berkata
hari ini aku pinjam mereka sebagai saksi
pada saksi dihari nanti
Tiga jarum kecil di dada
Cckup sudah untuk menghentikan
derap amarah yang bergelora
membelah keangkuhan yang tersisa
Tiga jarum kecil
membangkitkan irama
ada takbir sebelum azan pagi
KEMATIANMU YANG KECIL
Pagi ini
Sebuah peluru yang menganga di dada
adalah tanda kematian kecilmu.
Adalah pesan bagi kami bahwa kematian besar ada
di depan yang mengerikan
menanti kami siang ini.
Cintaku
Masih tersisakah benih cintaku
Akan adanya belati-belati yang lebih
tajam dari peluru yang sempat menyobek bajumu
Cintaku
Aku inginkan
pena yang kumiliki
akan membalas sobekan di dadamu.
TALASEMIA
Tidur setelah sholat Subuh adalah kebiasaan baruku menjelang berangkat ke sekolah, tapi pagi itu aku tak begitu menikmatinya karena baru mau terlelap aku dibangunkan oleh Teh Kakak karena ada yang mencariku pagi ini.
Tamuku pada pagi ini adalah seorang bocah yang pucat dengan seorang bapak yang sepertinya tergesa-gesa ingin bertemu denganku. Tanpa banyak cerita sang bapak menyampaikan padaku bahwa anaknya sekarang hanya memiliki Hb-nya hanya 4 (seorang sehat Hb-nya adalah 12) aku tersentak artinya anak yang ada di depan mataku adalah anak yang tengah menanti sang malaikat pencabut nyawa.
Aku tak ikhlas melihat mata bocah seusia itu harus redup karena kekurangan Hb. Aku menjerit dan menangis di dalam hati sungguh sangat menyedihkan bahwa ada anak yang harus meninggalkan dunia ini karena kekurangan darah (akibat penyakit talasemia).
Anak ini harus segera ditransfusi darah, agar dapat ceria kembali. Aku tak dapat segera menolongnya, walaupun aku sangat ingin menolong bocah tersebut. Golongan darah anak tersebut adalah golongan B sementara aku memiliki golongan A seperti anak-anakku di rumah.
Aku tak sabar kenapa bapak sang bocah ini harus mencari jauh ke orang lain untuk mendapatkan darah dari orang lain, sementara paman dan wak dari bocah ini ada yang memiliki darah yang sama dengan bocah! Aku mendapatkan jawaban hanya takut pada jarum sehingga tak mau menyelamatkan sang bocah. Ini adalah keponakan sendiri, apalagi untuk orang lain.
Aku hanya bisa sarankan kepada sang bapak untuk mengasah goloknya supaya tajam, dan kasih kepada sang paman atau wak dari bocah untuk untuk menggorok leher sang bocah kalau harus takut dengan jarum dari pada sang bocah bermata indah tersebut menderita lebih jauh karena kekurangan darah.
Apalah artinya seorang keponakan dimata seorang paman yang tak mau menyelamatkan keponakannya. Dan bagaimana kalau penyakit tersebut terjadi pada orang lain. Jangankan mau menolong rasa-rasanya dia adalah orang yang pertama kali lari ketika dimintakan tolong. Sedemikian parahkah rasa kemanusiaan bangsa ini?
Sempatkah aku mencium dirimu anakku. Selamat jalan anakku. Maafkan anakku aku tak bisa menolongmu....!
Akankah Cianjur selalu dan selalu kekurangan darah dari waktu ke waktu. Masih kurangkah orang-orang yang tak terselamatkan karena kekurangan darah. Ataukah menunggu saudara-saudaramu atau dirimu sendiri yang menjadi korban baru akan bersaksi.
Aku menunggu jawabanmu.......!
DONOR DARAH SMAN 1 CIBEBER

DONOR DARAH
Darah dari waktu ke waktu selalu saja kekurangan. Artinya kebutuhan darah terlalu banyak sementara mereka yang menyumbangkan darahnya masih terlalu sedikit. Ataukah ini pertanda bahwa rasa kemanusiaan kita telah tipis terkikis oleh kehidupan yang keras ini.
Kalau saja kita sempat membaca dan menikmati keindahan dari ayat 32 pada surat Al-Maidah, yang artinya : ”....barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. Bukankah ini kesempatan bagi seorang manusia untuk melaksanakan ayat ini. Dengan kekurangan darah seorang manusia akan segera meninggalkan dunia ini, dengan darah yang kita miliki untuk disumbangkan(menyumbang tapi tak pernah berkurang), sesorang dapat terselamatkan. Subhanallah, sungguh banyak jalan kebajikan dapat kita lakukan sebagai amal kebaikan dan ladang pengabdian diri pada-Nya.
Kalau saja kita ditakdirkan oleh Allah SWT harta yang melimpah, ketika kita sumbangkan kepada orang lain yang tidak mampu, tentunya orang tersebut dapat dan sempat mengucapkan terima kasih kepada kita. Kita dikatakan pahlawan dan penyelamat dirinya.
Ketika kita ditakdirkan oleh Allah SWT darah yang sehat, kita sumbangkan kepada orang-orang yang tengah membutuhkannya, sempatkah dan dapatkah mereka yang membutuhkan darah tersebut berterima kasih kepada kita? Hanya kepada Allah-lah dia berterima kasih. Sementara kita dapat beramal darah yang sehat kepada orang lain. Kita pun tak pernah kekurangan darah karena darah yang keluar dari dalam tubuh kita akan segera berproses untuk membentuk darah yang baru.
Subhallah. Kita terhindar dari sifat riya’, karena kita tak pernah tahu pada siapa darah kita mengalir.
Kalau saja kita sempat membaca dan menikmati keindahan dari ayat 32 pada surat Al-Maidah, yang artinya : ”....barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya”. Bukankah ini kesempatan bagi seorang manusia untuk melaksanakan ayat ini. Dengan kekurangan darah seorang manusia akan segera meninggalkan dunia ini, dengan darah yang kita miliki untuk disumbangkan(menyumbang tapi tak pernah berkurang), sesorang dapat terselamatkan. Subhanallah, sungguh banyak jalan kebajikan dapat kita lakukan sebagai amal kebaikan dan ladang pengabdian diri pada-Nya.
Kalau saja kita ditakdirkan oleh Allah SWT harta yang melimpah, ketika kita sumbangkan kepada orang lain yang tidak mampu, tentunya orang tersebut dapat dan sempat mengucapkan terima kasih kepada kita. Kita dikatakan pahlawan dan penyelamat dirinya.
Ketika kita ditakdirkan oleh Allah SWT darah yang sehat, kita sumbangkan kepada orang-orang yang tengah membutuhkannya, sempatkah dan dapatkah mereka yang membutuhkan darah tersebut berterima kasih kepada kita? Hanya kepada Allah-lah dia berterima kasih. Sementara kita dapat beramal darah yang sehat kepada orang lain. Kita pun tak pernah kekurangan darah karena darah yang keluar dari dalam tubuh kita akan segera berproses untuk membentuk darah yang baru.
Subhallah. Kita terhindar dari sifat riya’, karena kita tak pernah tahu pada siapa darah kita mengalir.
DONOR DARAH SMAN 1 CIBEBER
MASIH PERLUKAH DIADAKAN DONOR DARAH???
Ini adalah protes kecil yang disampaikan seorang rekan ketika melihat ada siswa yang pingsan setelah mengadakan aksi kemanusiaan di SMA Negeri 1 Cibeber, ketika memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 2008.
Ketika pertanyaan itu sampai ke telinga Kepala Sekolah (Bpk. Drs. H.M. Danur Jamhur) seketika memanggil saya sebagai Pembina untuk dimintai keterangannya. Cukup membuat aku tersentak ketika beliau dengan wajah yang bergetar menceritakan” Sudah cukup bapak saja yang mengalami kepahitan, ketika anak bapak yang kedua (permata beliau) harus meninggal dunia karena betapa sulitnya mendapatkan darah. Bapak tidak ingin ada anak-anak lain yang mengalami kekurangan darah. Setiap UTD (Unit Tranfusi Darah) di seluruh Indonesia harus selalu tersedia darah sehingga setiap keperluan masyarakat akan darah selalu tersedia. Selama bapak menjadi pemimpin, bapak akan selalu dan selalu mendukung penuh untuk kegiatan kemanusiaan ini”.
Lebih menyentak lagi ketika beliau menyatakan ” Kalau kegiatan donor darah harus dihentikan dari sekolah ini, maka Pembinanya pertama-tama harus berhenti saja jadi manusia”. Lalu beliau melanjutkan kuliahnya, ”Siswa yang pingsan akan menjadi tanggungan sekolah. Siswa yang pingsan bukan disebabkan donor darah, tapi disebabkan oleh metabolisme dalam tubuhnya saja yang belum siap untuk menghadapi perubahan setelah donor darah, atau ada hal-hal lain!”.
” Pembinanya pertama-tama harus berhenti saja jadi manusia ” ini adalah kata-kata yang sangat indah dan sangat menggigit serta perlu dipikirkan bagi orang-orang yang tidak mau donor darah, atau orang-orang yang menentang kegiatan donor darah ini.
Masih perlukan ada pertanyaan apakah kegiatan donor darah ini harus dihentikan?
Ini adalah protes kecil yang disampaikan seorang rekan ketika melihat ada siswa yang pingsan setelah mengadakan aksi kemanusiaan di SMA Negeri 1 Cibeber, ketika memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 2008.
Ketika pertanyaan itu sampai ke telinga Kepala Sekolah (Bpk. Drs. H.M. Danur Jamhur) seketika memanggil saya sebagai Pembina untuk dimintai keterangannya. Cukup membuat aku tersentak ketika beliau dengan wajah yang bergetar menceritakan” Sudah cukup bapak saja yang mengalami kepahitan, ketika anak bapak yang kedua (permata beliau) harus meninggal dunia karena betapa sulitnya mendapatkan darah. Bapak tidak ingin ada anak-anak lain yang mengalami kekurangan darah. Setiap UTD (Unit Tranfusi Darah) di seluruh Indonesia harus selalu tersedia darah sehingga setiap keperluan masyarakat akan darah selalu tersedia. Selama bapak menjadi pemimpin, bapak akan selalu dan selalu mendukung penuh untuk kegiatan kemanusiaan ini”.
Lebih menyentak lagi ketika beliau menyatakan ” Kalau kegiatan donor darah harus dihentikan dari sekolah ini, maka Pembinanya pertama-tama harus berhenti saja jadi manusia”. Lalu beliau melanjutkan kuliahnya, ”Siswa yang pingsan akan menjadi tanggungan sekolah. Siswa yang pingsan bukan disebabkan donor darah, tapi disebabkan oleh metabolisme dalam tubuhnya saja yang belum siap untuk menghadapi perubahan setelah donor darah, atau ada hal-hal lain!”.
” Pembinanya pertama-tama harus berhenti saja jadi manusia ” ini adalah kata-kata yang sangat indah dan sangat menggigit serta perlu dipikirkan bagi orang-orang yang tidak mau donor darah, atau orang-orang yang menentang kegiatan donor darah ini.
Masih perlukan ada pertanyaan apakah kegiatan donor darah ini harus dihentikan?
Langganan:
Postingan (Atom)