
Seminggu yang lalu aku mendapatkan kesempatan untuk membuat gambar peliputan seputar Rumah Sakit Sayang - Cianjur, Kenangan dan pelajaran yang dapat aku rasakan adalah kesabaran yang tak terhingga dari mereka yang tengah sakit. Ini adalah hal yang sangat sulit bagiku untuk dilaksanakan.
Ketika memasuki ruang hemodalisa (ruang cuci darah), aku bertemu dengan bapak Sulaeman yang tengah menjalani proses cuci darah dan didampingi oleh istri tercintanya, sungguh sangat iri aku pada bapak Sulaeman yang dengan segala kesabarannya telah menjalani cuci darah selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap minggu beliau harus menjalani cuci darah sebanyak 2 (dua) kali dan setiap bulan harus ditambah darah (karena menderita anemia). Menurut ukuran manusia biasa rasanya ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, 4 jam harus berbaring menunggu proses pencucian darah selesai. Belum lagi menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan cuci darah, karena alat yang dipergunakan hanya ada 3 unit. Memikirkan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali proses cuci darahpun menjadi pemikiran tersendiri. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sangat sabar. Subhanallah.
Ketika berkunjung ke ruangan penderita talasemia akupun bertemu
dengan gadis cantik kecil bernama Jessy berusia 12 tahun, dimana sejak usia 7 bulan telah menjalani tambah darah karena menderita penyakit talasemia. Setiap bulan harus mendapatkan 4 (empat) kantong darah, suatu perjuangan yang berat untuk sebuah kelangsungan dari kehidupannya. Ketika aku pamit pada Jessy, satu lambaian tangan yang membuat akupun sempat menangis. Ini adalah ucapan ”terima kasih kepada para pendonor darah dengan segala keikhlasan telah menyelamatkan saya”. Ataukan ini adalah lambaian ”selamat tinggal, kalau saja sampai darah tak saya dapatkan” Suatu ujian yang amat berat dan memerlukan kesabaran yang sangat tinggi.
Akupun sempat bertemu dengan dua orang gadis dewasa yang bernama Santi dan Alvin (20 tahun) di ruang bank darah Rumah Sakit Sayang Cianjur, ke dua gadis ini pun penderita talasemia sejak usia 2 tahun 6 bulan, setiap bulan kedua gadis inipun harus ditusuk tangannya untuk mendapatkan darah tambahan. Kembali kesabaran manusiapun diuji.
Akupun teringat dengan tulisan Aa Gym ”Semoga Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan batin. Bersabar ketika diuji sakit dan bersyukur ketika dikarunia sehat. Karena adakalanya seseorang yang diuji sakit terhina karena ketidaksabarannya dan dikala sehat terhina karena ketidaksyukurannya.
Sabar adalah kegigihan kita untuk berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya. Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya. Tidak jarang orang sakit bicaranya tidak karuan, penuh dengan keluh kesah, emosi. Sungguh sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tidak akan menjadikannya sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?Ada beberapa sikap sabar yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya. Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, "Inna ilaihi raaji’uun." Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali.Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.Sikap ketiga, dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.Sesungguhnya hidup sukses, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk dekat dengan-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang sabar.”
Satu pertanyaan kecil untuk diriku sendiri, dengan segala kesehatan yang aku miliki dapatkah aku selalu untuk bersyukur walaupun sangat sederhana, misalnya menyediakan darah untuk membantu mereka yang tengah tergolek ataupun tengah menunggu darah untuk kelangsungan hidupnya.
Bukankah darah yang mengalir di dalam tubuhku, itu bukanlah karena usahaku tetapi semata-mata amanah dari Allah SWT.
Ketika memasuki ruang hemodalisa (ruang cuci darah), aku bertemu dengan bapak Sulaeman yang tengah menjalani proses cuci darah dan didampingi oleh istri tercintanya, sungguh sangat iri aku pada bapak Sulaeman yang dengan segala kesabarannya telah menjalani cuci darah selama 20 (dua puluh) tahun. Setiap minggu beliau harus menjalani cuci darah sebanyak 2 (dua) kali dan setiap bulan harus ditambah darah (karena menderita anemia). Menurut ukuran manusia biasa rasanya ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, 4 jam harus berbaring menunggu proses pencucian darah selesai. Belum lagi menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan cuci darah, karena alat yang dipergunakan hanya ada 3 unit. Memikirkan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali proses cuci darahpun menjadi pemikiran tersendiri. Ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang sangat sabar. Subhanallah.
Ketika berkunjung ke ruangan penderita talasemia akupun bertemu

Akupun sempat bertemu dengan dua orang gadis dewasa yang bernama Santi dan Alvin (20 tahun) di ruang bank darah Rumah Sakit Sayang Cianjur, ke dua gadis ini pun penderita talasemia sejak usia 2 tahun 6 bulan, setiap bulan kedua gadis inipun harus ditusuk tangannya untuk mendapatkan darah tambahan. Kembali kesabaran manusiapun diuji.
Akupun teringat dengan tulisan Aa Gym ”Semoga Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan batin. Bersabar ketika diuji sakit dan bersyukur ketika dikarunia sehat. Karena adakalanya seseorang yang diuji sakit terhina karena ketidaksabarannya dan dikala sehat terhina karena ketidaksyukurannya.
Sabar adalah kegigihan kita untuk berada di jalan yang Allah sukai. Sabar ketika sedang diuji sakit, misalnya. Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlaq dalam menyikapinya. Tidak jarang orang sakit bicaranya tidak karuan, penuh dengan keluh kesah, emosi. Sungguh sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji sakit disikapi dengan emosi. Tetap saja tidak akan menjadikannya sembuh. Lalu bagaimana sikap sabar kita dalam menghadapinya?Ada beberapa sikap sabar yang bisa kita latih disaat kita diuji sakit. Pertama, sikap berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa tubuh ini bukan milik kita melainkan milik Allah. Mau dijadikan sehat, sakit, itu hak Dia. Walaupun berobat ke dokter, tetap saja semuanya ada dalam genggaman-Nya. Dan kita patut menyadari bahwa setiap sakit yang kita derita pada hakekatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah untuk mengucapkan, "Inna ilaihi raaji’uun." Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali.Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu penyakit pada kita bila tidak ada hikmahnya. Sehingga kita terpanggil untuk mengintospeksi diri. Mungkin saja sakit yang kita derita karena tidak terpenuhinya anggota tubuh kita akibat dari kelalaian. Seperti memforsir pikiran sehingga kepala menjadi pusing, mengabaikan hak perut sehingga perut menjadi sakit, tidak menyempatkan olahraga sehingga tubuh mudah lemah, dan kelalaian dalam memenuhi hak anggota tubuh lainnya.Sikap sabar yang kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah. Keluh kesah adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Biasanya orang sakit menderita itu bukan karena sakitnya melainkan karena dramatisasinya. Dan itu juga karena kurang bisa menerima ketentuan Allah dan terdorong keinginan untuk dikasihani sehingga orang-orang berempati kepadanya. Oleh karena itu, betapapun parahnya penyakit kita, cobalah untuk memproporsionalkannya.Sikap ketiga, dengan merenungkan hikmah sakit. Selain sebagai sarana, mengintrospekasi diri juga sebagai pengugur dosa, seperti gugurnya daun dari pepohonan.Sesungguhnya hidup sukses, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk dekat dengan-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang sabar.”
Satu pertanyaan kecil untuk diriku sendiri, dengan segala kesehatan yang aku miliki dapatkah aku selalu untuk bersyukur walaupun sangat sederhana, misalnya menyediakan darah untuk membantu mereka yang tengah tergolek ataupun tengah menunggu darah untuk kelangsungan hidupnya.
Bukankah darah yang mengalir di dalam tubuhku, itu bukanlah karena usahaku tetapi semata-mata amanah dari Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar